Perjalanan Menuju Kematian

Oleh A Halim Fathani

sakaratul-maut“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejap,
lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan
melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”.
(Imam Ghazali mengutip atsar Al-Hasan).

Manusia merupakan makhluk terakhir yang diciptakan oleh Allah swt, setelah makhluk lain seperti malaikat, jin, bumi, langit dan seisinya. Allah swt menciptakan manusia dengan dipersiapkan untuk menjadi makhluk yang paling sempurna. Karena, manusia diciptakan untuk menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi dan memakmurkannya. Kehidupan manusia merupakan perjalanan panjang, melelahkan, penuh lika-liku, dan melalui tahapan demi tahapan. Berawal dari alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzakh, sampai pada alam akhirat yang berujung pada tempat persinggahan terakhir bagi manusia, surga atau neraka.

Puncak perjalanan seorang manusia di dunia ini adalah kematian. Kematian selalu mengintai manusia. Suka-tidak suka, setuju-tidak setuju, mau-tidak mau setiap manusia pasti akan mengakhiri hidupnya. Tanpa terkecuali. Mereka yang saat ini masih hidup dan mereka yang akan hidup juga akan menghadapi kematian pada hari yang telah ditentukan. Kematian adalah sebuah kepastian yang tak dapat dibohongi. “Seluruh yang ada di atas bumi ini fana (tidak kekal).” (QS. 55:26). Namun bagaimana kita mati, itu adalah pilihan. Kita tinggal pilih, mau meninggal dalam kondisi husnul khatimah atau su’ul khatimah. Pertanyaannya, Bagaimana kondisi kita saat ajal menjelang? Bagaimana seorang mukmin mengakhiri hidupnya? Bagaimana orang munafik dan orang kafir menghembuskan nafas terakhirnya?

Kematian adalah tahapan yang paling sulit dalam kehidupan setiap manusia. Kondisi ini barbanding lurus dengan baik atau buruknya seseorang dalam hidupnya. Allah swt berfirman: ”Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” (QS. 50:19). Dalam ayat lain, Allah swt berfirman; “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. 29:57).

Mengingat mati akan melembutkan hati dan menghancurkan ketamakan terhadap dunia. Kebanyakan orang menghindari untuk berpikir tentang kematian. Dalam kehidupan modern ini, seseorang biasanya menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang sangat bertolak belakang [dengan kematian]; mereka berpikir tentang: di mana mereka akan kuliah, di perusahaan mana mereka akan bekerja, baju apa yang akan mereka gunakan besok pagi, apa yang akan dimasak untuk makan malam nanti, hal-hal ini merupakan persoalan-persoalan penting yang sering kita pikirkan. Kehidupan diartikan sebagai sebuah proses kebiasaan yang dilakukan sehari-hari.

Pembicaraan tentang kematian sering dicela oleh mereka yang merasa tidak nyaman mendengarnya. Mereka menganggap bahwa kematian hanya akan terjadi ketika seseorang telah lanjut usia, seseorang tidak ingin memikirkan tentang kematian dirinya yang tidak menyenangkannya ini. Sekalipun begitu ingatlah selalu, tidak ada yang menjamin bahwa seseorang akan hidup dalam satu jam berikutnya. Tiap hari, orang-orang menyaksikan kematian orang lain di sekitarnya tetapi tidak memikirkan tentang hari ketika orang lain menyaksikan kematian dirinya. Ia tidak mengira bahwa kematian itu sedang menunggunya!

Bahtiar juga mengingatkan kepada kita bahwa, yang akan mengalami kematian bukan hanya manusia, makhluk lain yang diciptakan Allah swt juga tidak dapat terhindar dari kematian, termasuk malaikat. Oleh karenanya di bagian awal dalam buku ini kita dapat membaca bagaimana proses sakaratul maut yang dialami para malaikat, termasuk malaikat maut sendiri. Sedangkan di bagian ketiga, kita dapat membaca informasi terkait dengan kehidupan pasca kematian. Secara detail dijelaskan mulai alam kubur, padang mahsyar, hari perhitungan, syafaat, surga dan neraka, dan sebagainya.

Melalui buku ini, penulis mengajak pembaca untuk melakukan refleksi diri. Terdapat empat hal yang perlu untuk dijadikan bahan renungan, yakni merenungkan kefanaan dunia, merenung tentang kematian, merenung atas apa yang telah kita lakukan, dan merenung akan azab Allah swt. Harapan penulis buku ini adalah bagaimana kita sebagai hamba Allah harus senantias bersyukur atas segala nikmat-Nya, bertawakkal, mohon pertolongan, perlindungan, rahmat, ampunan, cinta, dan kasih sayang-Nya. Dengan membaca buku ini, kita menjadi ingat akan datangnya kematian. Oleh karenanya kita harus mempersiapkan “modal” sejak dini untuk “hari esok”. “Inna lillahi wa inna ilaihi raajiuun”.

Judul Buku : Beginikah Rasanya Sakaratul Maut
Penulis : Deni Sutan Bahtiar
Penerbit : DIVA Press, Yogyakarta
Cetakan : I, Maret 2009
Tebal : 248 halaman