MENGGALI KEGENIUSAN

Abdul Halim Fathani

Siapapun sepakat, Thomas Alva Edison adalah seorang yang genius. Sebagai penemu bola lampu, Thomas terbukti benar memiliki kecerdasan yang luar biasa. Kedua orangtuanya mengakui bahwa Thomas memiliki karakter dan kegemaran untuk “selalu ingin tahu terhadap segala hal yang ditemui”. Tidak heran jika dalam hidupnya, ia senang melakukan berbagai eksperimen. Thomas, diakui sebagai orang yang cerdas sekaligus memiliki etos kerja yang luar biasa.

Dari sini, dapat kita tarik kesimpulan, bahwa syarat wajib bagi orang genius adalah memiliki etos kerja yang tidak biasa. Etos kerja ini menjadi ikhtiar dalam rangka merealisasikan impiannya (baca: inspirasinya). Thomas memiliki satu inspirasi untuk membuat lampu listrik yang bersinar lembut dan tahan lama. Untuk mewujudkan impian yang bagus tersebut sangat dibutuhkan kerja keras. Terkait hal ini, Thomas rela bekerja keras selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun demi mewujudkannya.

Padahal kita tahu bahwa Thomas -pada masa kecilnya- mendapatkan label dari sang guru termasuk individu yang idiot. Dan, dikeluarkan dari sekolah. Siapapun akan berkesimpulan bahwa anak yang dikeluarkan dari sekolah adalah anak yang bermasalah. Anak yang tidak genius.

Namun, apa sebenarnya? Thomas memang dikeluarkan dari sekolah. Tapi, hal itu justru karena sang guru tidak sanggup (baca: mampu) mengungkap dan menyingkap kegeniusan Thomas.

Jadi, belajar dari kisah Thomas, ada satu pesan untuk para guru, termasuk saya sendiri, sebagai seorang pendidik, kita ditantang untuk sanggup sekaligus mampu menemukan kegeniusan yang dimiliki setiap individu siswa. Tantangan bagi kita adalah harus bisa membuktikan bahwa tidak ada anak yang tidak genius. Mari… [ahf]