TERGANTUNG

Abdul Halim Fathani

JAMAK kita saksikan di sekeliling kita, ada kegiatan diskusi yang berujung perdebatan yang tak kunjung selesai. Bahkan ada yang sampai menimbulkan gaduh hingga konflik. Anehnya lagi, diskusi berlangsung di forum ilmiah yang digelar di perguruan tinggi.

Dalam forum tersebut, materi yang dibahas adalah satu tema. Namun pada pokok permasalahan tertentu, ternyata peserta diskusi saling adu argumen. Argumentasi yang dibangun sama-sama masuk akal. Mereka saling menunjukkan referensi shahih yang digunakan. Karena sama-sama kuat, sama-sama shahih, sama-sama masuk akal, maka mereka bersikukuh memandang, bahwa pendapat masing-masing lah yang paling benar.

Lalu, mana yang benar? Bagaimana solusinya? Jawabannya adalah tergantung dari mana kita memandangnya. Yang penting adalah ketika kita berargumen, maka syaratnya adalah harus didasarkan atas dalil-dalil yang shahih dan hasil pengembangan dalil yang didukung dengan dalil dasar tersebut.

Masing-masing individu memiliki kemerdekaan dalam berfikir. Kita tidak boleh memaksa orang lain, harus memiliki pola pikir yang sama dengan kita. Tugas kita adalah berargumen dengan referensi yang shahih. Demikian juga, orang lain juga harus berargumen dengan referensi yang shahih pula. Intinya, tergantung! [ahf]