KEUNIKAN SANG JUARA

Oleh Abdul Halim Fathani

Setiap kali pelaksanaan wisuda (baik program diploma, sarjana, maupun pascasarjana), kita selalu menyaksikan suasana kegembiraan dan kebahagiaan yang menyelimuti hati para wisudawan dan para keluarganya, atau bahkan juga calon keluarga barunya. Mengapa gembira dan bahagia? Di antara penyebabnya adalah karena telah berhasil mengenyam pendidikan dan mengikuti segala proses pembelajaran dalam perkuliahan yang sudah menguras energi yang tidak sedikit. Sehingga dengan pelaksanaan wisuda, berarti –secara formal- menunjukkan bahwa proses perkuliahan secara formal telah usai. Selanjutnya adalah mengamalkan ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah dalam kehidupan realitas di masyarakat.

Tidak hanya itu, bagi wisudawan special akan bertambah lagi kegembiraannya. Karena pada kesempatan itu, pimpinan perguruan tinggi akan memberikan penghargaan (baca: pengakuan) kepada wisudawan terbaik. Wisudawan terbaik yang diberikan penghargaan ini merupakan wisudawan yang memiliki IPK (indeks prestasi kumulatif) tertinggi. Sehingga, tidak mengherankan jika peraih penghargaan ini sangat senang pada kesempatan itu.
Namun, apakah wisudawan dengan IPK tertinggi yang telah mendapat penghargaan langsung dari Rektor tersebut akan berakibat pada kesuksesan dalam masa depannya nanti? Jawabannya bisa bermacam-macam. Bisa ya, bisa juga tidak. Kadang saya sendiri menyaksikan, banyak wisudawan yang tidak mendapatkan penghargaan, karena IPK-nya pas-pasan atau IPK-nya di bawah standar, namun mereka ternyata sudah bekerja di salah satu perusahaan. Ada juga yang sudah membangun usaha sendiri dengan memanfaatkan ilmu ‘seadanya’ yang telah dipelajari di bangku kuliah.
Sementara bagi wisudawan yang mendapat IPK tertinggi dan telah mendapat penghargaan dari Rektor, ternyata ada juga yang masih bingung. ‘Ke mana setelah ini?” Mau melanjutkan studi, terkendala biaya pendidikan. Mau bekerja, harus mengikuti serangkaian tes –dan juga belum tentu diterima. Karena, ternyata dalam tes tersebut, tidak hanya dilihat ‘berapa besar IPK-nya saja’. Tetapi lebih dari itu, yang dilihat justru kemampuan ‘problem solving’nya. Itulah keunikan sang juara “IPK tertinggi”. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah, tidak semua wisudawan dengan IPK tertinggi bernasib ‘buruk’ seperti itu. Begitu juga, bagi wisudawan dengan IPK pas-pasan atau malah di bawah standar, juga tidak selamanya selalu berpihak pada nasib ‘kebetulan’ baik.
Sang Juara
Terkait hal ini, saya teringat ketika belajar (sewaktu studi S2 di UM) tentang teori multiple intelligences yang digagas oleh Howard Gardner. Termasuk juga ketika mengikuti pelatihan (2009) di IAIN Sunan Ampel Surabaya tentang ‘Sekolahnya Manusia’, yang langsung dihadiri oleh penulisnya Bapak Munif Chatib. Dalam konsep multiple intelligences, dijelaskan bahwa ‘Setiap anak adalah sang juara’.
Setiap anak adalah sang juara, kalau kita kaitkan dengan ‘uraian’ wisudawan di atas berarti setiap wisudawan–seharusnya- mendapatkan penghargaan dari Rektor. Mengapa? Karena setiap wisudawan adalah sang juara, dan setiap sang juara itu mendapatkan penghargaan dari Rektor. Jika demikian, maka kita akan menyaksikan peristiwa yang luar biasa. Seandainya, di kampus A dalam suatu kesempatan mengukuhkan wisudawan sebanyak 1057 orang. Maka, kita akan menyaksikan bahwa Rektor akan memberikan penghargaan sebanyak 1057 kali. Dengan kata lain, kita akan menyaksikan terdapat 1057 macam aneka juara yang diraih wisudawan.
Bisa saja yang muncul kemudian adalah pertanyaan, ‘Juara di bidang apa saja, jika jumlahnya sebanyak itu?” Tentu tidak sulit untuk menjawabnya, karena memang juara itu tidak dibuat-buat, tidak dikondisikan, tetapi dibiarkan alamiah saja. Jawabanyya adalah, mereka diberi penghargaan karena telah menjadi juara di bidangnya masing-masing.
Sekarang, kita ambil contoh kasus di satu jurusan. Misalkan dari 1057 wisudawan itu, yang berasal dari jurusan Matematika, ada 37 wisudawan. Sebagai ilustrasi, di bawah ini penulis berikan contoh macam-macam juara. Ada 37 sang juara dari wisudawan jurusan matematika.
1. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Matematika al-Qur’an
2. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Matematika Statistik
3. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Matematika Aljabar
4. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Matematika Aljabar al-Qur’an
5. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Matematika Bisnis Islami
6. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Matematika Manajemen
7. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Matematika Pendidikan
8. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Matematika Pendidikan dan Pembelajaran
9. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Matematika dalam Penelitian Kuantitatif
10. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Matematika dalam Penelitian Kualitatif
11. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Matematika dalam Penelitian Kualitatif bidang Sosial dan Humaniora
12. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Matematika dalam Ilmu Faraidh
13. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Pemodelan Matematika
14. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Pemodelan Matematika bidang Psikologi
15. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Pemodelan Matematika bidang Kedokteran
16. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Pembelajaran Matematika
17. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Filsafat Matematika
18. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Analisis Matematika
19. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Analisis Matematika Terapan
20. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Matematika Komputasi
21. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Matematika Diskrit
22. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Matematika Administrasi
23. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Psikologi Matematika
24. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Matematika Fisika
25. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Matematika Biologi
26. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Permainan Matematika
27. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Logika Matematika
28. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Logika Fuzzy
29. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Geometri dan Seni Melukis
30. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Teori Bilangan
31. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Teori Graph
32. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Matematika Industri
33. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Kemukijazatan Al-Qur’an Perspektif Matematika
34. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Teori Himpunan
35. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Diferensial
36. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Integral
37. Juara 1 bidang Matematika, konsentrasi Aplikasi Diferensial dan Integral.
Pada saat acara wisuda (jurusan matematika), Rektor mengukuhkan 37 wisudawan sebagai sarjana sains (S.Si) bidang Matematika dan memberi penghargaan kepada peraih juara 1 kepada 37 sang juara. Sungguh, sangat membanggakan! Mengapa? Ternyata, dengan memunculkan kejuaraan kepada setiap individu wisudawan, hal ini bisa menjadi pendorong kepada mereka untuk terus mempertahankan bidang juara dan akan terus berusaha mengembangkannya.
Dengan demikian, masing-masing wisudawan akan muncul rasa bangga terhadap dirinya, dan yang lebih penting mereka akan percaya diri untuk bersaing secara sehat dengan wisudawan lainnya di dunia riil. Karena, masing-masing individu telah percaya diri dengan keunikan kemampuannya. Bayangkan, ada 37 wisudawan jurusan Matematika, sekaligus ada 37 peraih juara 1 bidang Matematika dengan konsentrasi masing-masing. Sangat Membanggakan.
Sekali lagi, dengan memberi penghargaan (baca: pengakuan) kepada personal wisudawan sangat berdampak positif bagi masa depan wisudawan yang bersangkutan. Yang muncul adalah rasa percaya diri dan siap untuk berkembang. Yang tersimpan dalam otaknya adah “Saya adalah juara 1 bidang Matematika dengan konsentrasi ‘ini’.” Dan, bagi peraih juara 1 ini, terdorong untuk selalu mengembangkan kejuaraan bidang lainnya, sehinga akan meraih penghargaan lagi d bidang kejuaraan lainnya. Walhasil, dalam setiap personal akan menjadi juara 1 bidang A, juara 1 bidang B, juara 1 bidang C, dan seterusnya. [ahf] Karangwidoro, 16 Oktober 2012