BAHAGIA DENGAN MENULIS

ABDUL HALIM FATHANI


MENULIS, oleh sebagian orang masih saja dianggap sebagai sebuah aktivitas yang memerlukan energi khusus. Baik energi tentang “kemampuan” maupun energi “kesempatan”. Padahal, kita tahu, bahwa siapa pun orangnya, di sekeliling kita, setiap saat, kapan pun dan di mana pun, selalu membawa benda elektronik, berupa HP (Android), Tablet, dll. Dengan perangkat elektronik tersebut, kita tahu, bahwa semua orang pasti mampu untuk mengirim atau membalas pesan. Dalam aktivitas tersebut, tidak lepas dari kegiatan membaca pesan, menulis pesan, atau mengedit pesan.

Melihat kenyataan tersebut, kita bisa simpulkan bahwa siapapun kita, tentu dapat dikatakan sebagai orang yang “bisa” menulis (termasuk membaca dan mengedit). Kelihaian kita dalam menulis pesan (sms, WhatsApp)- sesungguhnya sudah dapat dijadikan bukti, bahwa kita adalah mampu menulis. Masalah kualitas, itu bisa diperbaiki sembari terus belajar. Kualitas sebuah tulisan –salah satunya– dipengaruhi oleh seberapa banyak pengalaman dalam menulis. Tentu, agar punya pengalaman maka haruslah segera memulai untuk menulis. Sekarang juga! Bukan nunggu nanti.

Memang, kebanyakan orang, ketika punya tekad untuk “belajar” menulis, biasanya lalu membeli buku-buku perihal menulis, aktif mengikuti pelbagai seminar, workshop, talkshow tentang menulis, atau ada juga yang mengikuti kursus menulis yang segelar secara online. Bagaimana hasilnya? Ya, tentu ada “hasilnya”. Ada yang berhasil, bahkan ada yang tidak berhasil sama sekali.

Memang, semua itu kembali kepada individunya masing-masing. Kalau seorang individu sudah berniat untuk menjadi penulis, maka sebaiknya tidak perlu berlama-lama untuk belajar teori menulis atau berguru ke penulis senior. Lebih baik, langsung saja berbuat untuk menulis, menulis, dan menulis. Sebagaimana ketika kita membalas sms, WhatsApp. Ketika ada pesan masuk ke handphone, kita langsung bisa membalasnya (dengan menulis pesan). Ide pesan untuk balasan pun datang saat itu juga. Sebaliknya, ketika kita tidak berniat (baca: ragu-ragu) menjadi penulis, maka meskipun sudah seringkali mengikuti workshop atau seminar menulis, nampaknya susah sekali untuk dapat mewujudkan diri sebagai seorang penulis.

Hadirnya buku SOS-Sapa Ora Sibuk- yang ditulis Much. Khoiri, seorang praktisi dalam dunia penulisan ini semakin membuktikan kepada pembaca, bahwa menulis itu bisa dilakukan siapapun, kapanpun, dimanapun. Buku ini semacam menjadi tamparan keras bagi siapapun yang suka mencari-cari alasan pembenar untuk tidak menulis.

Disajikan dengan bahasa populer yang lugas, – tidak berisi teori yang kaku dan rumit- buku ini dapat mendorong pembaca untuk menyadari kesalahan paradigma yang selama ini terpatri dalam otaknya. Sebagaimana yang diutarakan Djuli Djatiprambudi (2016:xix) dalam pengantarnya, bahwa buku SOS ini tersirat mengungkapkan “betapa harganya seorang individu yang menulis di tengah zaman cyber-culture, yang sibuk, cepat, responsif, bebaas, terbuka, dan termediasi secara luas. Individu yang menulis di tengah kesibukan yang padat secara eksplisit, tentu tergolong bukan orang biasa. Dia adalah pesona yang bermakna.”

Sungguh, isi buku ini bukanlah berisi teori yang sulit untuk dipraktikkan. Lebih dari itu, penulis buku ini ingin menyuguhkan bukti nyata bahwa meski memiliki kesibukan yang luar biasa, namun tetap memiliki waktu untuk menulis. Pelbagai kiat menarik dapat kita jumpai dalam ulasan buku ini. Pak Emcho –panggilan akrab penulis buku ini, mengajak kepada pembaca agar tidak mengatasnamakan kesibukan untuk tidak menulis. Buku ini memberikan solusi agar pembaca “mau” menulis dalam pelbagai kesibukan. Walhasil, jadilah penulis, niscaya kau akan hidup bahagia! [ahf]

IDENTITAS BUKU:
Judul Buku : SOS (SAPA ORA SIBUK), MENULIS DALAM KESIBUKAN
Penulis : Much. Khoiri
Penerbit : Unesa University Press, Surabaya
Cetakan : I, 2016
Tebal : xxii + 138 hlm
ISBN : 978-979-028-854-6
Peresensi : Abdul Halim Fathani*)

Resensi ini telah dimuat pada Media Online Times Indonesa, 27 Mei 2017 (http://www.timesindonesia.co.id/read/149030/3/20170527/123011/bahagia-dengan-menulis/)