Oleh Abdul Halim Fathani
Fathani.com – Ada pemandangan lain ketika bulan Ramadhan tiba, dapat kita amati di beberapa Kampus, baik perguruan tinggi Umum maupun Islam. Hampir semua elemen organisasi tingkatan mahasiswa dalam kampus tersebut (OMIK, OMEK, UKM, ORDA, atau lainnya) sepakat untuk menyelenggarakan kegiatan yang dikemas dengan buka bersama.
Semula organisasi yang jarang muncul di permukaan mahasiswa, tiba-tiba muncul pada bulan Ramadhan dengan agenda buka bersama. Memang dalam ajaran Islam diajarkan agar memberi ta’jil kepada orang yang berpuasa. Dari sini, tersirat bahwa dalam bulan suci ini dianjurkan untuk sering-sering bershadaqah dalam bentuk apapun, dan kebanyakan mereka (baca: mahasiswa) memanfaatkan kegiatan Buka Bersama sebagai ajang saling bershadaqah dan juga sebagai ajang untuk menarik simpati anggotanya dalam rangka mengikuti kegiatan.
Biasanya sebelum buka bersama agenda kegiatan yang dilaksanakan antara lain; mengadakan Kajian/Dikusi, membahas masalah klasik hingga aktual, masalah pendidikan, sosial, hingga politik, bahkan ada yang dikemas dengan buka bersama dengan para Anjal (anak Jalanan), para pemulung, anak-anak yatim piatu dan lainnya.
Di samping itu fenomena yang tampak lain dari hari-hari biasanya adalah merajalelanya tempat-tempat pelaksanaan shalat. Bayangkan hampir di setiap kantor-kantor organisasi mahasiswa baik itu OMIK, OMEK, ORDA, UKM, atau lainnya tidak sepi dengan jamaah, lebih-lebih jamaah shalat Isyak dan Tarawih.
Perlu dimaklumi, memang Masjid Kampus (meskipun sudah dapat dikatakan besar) sampai saat ini belum mampu untuk menampung seluruh elemen kampus untuk melaksanakan shalat jamaah secara bersamaan dalam satu waktu. Sehingga dengan bekal kecerdasannya mereka melaksanakan shalat Tarawih (secara berjamaah juga), meskipun dengan kelompok mereka sendiri di setiap kantor organisasi mereka.
Selain Buka bersama dan tarawih bersama, fenomena yang muncul di kampus ketika bulan Ramadhan adalah acara Tadarus bersama. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan setelah shalat tarawih. Dalam tadarus ini selalu dibarengi dengan agenda lainnya, misalnya refleksi diri yang biasanya dilaksanakan tengah malam, refleksi organisasi, hingga refleksi kampus dan lainnya. Sungguh sangat menggembirakan agenda Ramadhan ini jika tetap dapat dipertahankan di bulan-bulan selain ramadhan.
Yang tak kalah serunya, pemandangan yang tidak seperti biasanya, ketika menjelang lebaran biasanya para mahasiswa yang berasal dari jauh luar kota memanfaatkan momen ini untuk pulang kampung secara berjamaah dengan menyewa satu mobil. Dengan demikian rasa persaudaraan mereka dalam satu daerah kembali menjadi erat dan akrab. Sungguh akan baik, jika tradisi ini terus dipupuk sehingga juga dapat dipraktekkan di bulan-bulan selain Ramadhan.
Dari beberapa fenomena yang terjadi di kampus tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa berkat datangnya Ramadhan, semarak Islam terlihat meningkat, dan alangkah indahnya jika fenomena ini dapat terpelihara di bulan selain Ramadhan. Tugas kita selanjutnya hanyalah satu. Mampu untuk menjaga apa yang telah kita laksanakan selama bulan Ramadhan ini dapat kita pertahankan sampai dengan menyambut datangnya bulan Ramadhan berikutnya. Amin
Bila pada bulan Ramadhan dianjurkan untuk melakukan tadarrus (mempelajari Al-Qur’an bukan hanya membaca al-Qur’an), melaksanakan shalat tarawih secara berjamaah, memperbanyak infaq dan lain-lain seyogyanya perbuatan yang seperti ini tetap dilanjutkan sekalipun bulan puasa Ramadhan telah berakhir.
Namun sebagian di antara kita kurang memahami makna anjuran dimaksud sehingga kebaikan-kebaikan yang dilakukan selalu bersifat tentative (sementara). Agaknya tepat sekali statement yang menyatakan bahwa bulan puasa adalah syahr al-riyadhah (bulan latihan) yang arena pertandingannya akan digelar pasca bulan puasa. Berhasil tidaknya latihan yang dilakukan dapat dilihat sejauh mana kemampuannya mengaplikasikan pengalaman-pengalaman yang telah didapat pada saat melakukan latihan.
Dengan demikian maka puasa pada bulan Ramadhan bukanlah tujuan akan tetapi hanyalah sebagai sarana latihan untuk menghadapi perlawanan di medan tempur pada bulan-bulan berikutnya. Sebagai sarana latihan tentu saja harus memperhatikan dan menerapkan dengan serius kiat-kiat yang sudah diatur oleh Allah agar tidak kalah dalam menghadapi pertandingan yang sesungguhnya pada bulan-bulan yang lain. [ahf]