KETIDAKPASTIAN

Oleh Abdul Halim Fathani

Fathani.com – Tulisan Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D., Rektor UII Yogyakarta berjudul “Ketidakpastian dan Akal Sehat Bangsa” menarik menjadi renungan kita bersama. Tulisan yang merupakan “cuplikan” dari sebagaian isi sambutan pada acara wisuda Univeritas Islam Indonesia, 3 Desember 2022, ini, memiliki pesan sebagai “alarm” kepada saya dan pembaca pada umunya, juga –terkhusus-  para wisudawan yang sedang “merayakan kemenangan”.

Prof. Wahid menyadarkan kepada kita: “Bahwa lingkungan terus berubah. perubahan membutuhkan kecakapan yang lebih tinggi dan bahkan kecakapan baru. Karenanya, semangat untuk terus belajar harus terus dihidupkan. Selalu asah kurva permbelajaran Saudara. Tidak ada garis finis dalam belajar untuk para pembelajar sejati”. Inilah penekanan “pesan” dari Rektor UII sebagaimana yang disampaikan di hadapan wisudawan.

Mari kita melihat ke dalam diri kita masing-masing. Benarkah kita semua sudah menyadari bahwa lingkungan kita ini terus berubah? Saya yakin, kita semua tentu sudah sadar akan hal tersebut. Sudah tidak perlu diragukan lagi. Ya, perubahan itu pasti terjadi. Perubahan itu ada di depan mata kita. Tidak mungkin kita bisa menghindarinya.

Bagaimana kita menghadapi atau merespons atas perubahan tersebut? Sudahkah menyiapkan modal dan energi yang  cukup untuk menjawabnya?

Tentu, kita masih mengingat, bagaimana “kepanikan’ kita semua, pada saat awal tahun 2020, adanya pandemic covid-19. Tidak sedikit di antara kita, yang gagap untuk menghadapinya. Itulah salah satu contoh adanya perubahan yang pernah kita alami.

Adanya “perubahan” pada masa pandemi covid-19 itu telah mengantarkan kita, untuk “mendadak” menjadi lemah. “Tiba-tiba” menjadi butuh akan pentingnya belajar teknologi. Di dunia pendidikan, para guru, siswa, anak, orangtua, segera menyesuaikan diri untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Atau yang dikenal dengan daring. Di antaranya menggunakan platform zoom, google meet, dan sebagainya.

Apakah semua pihak bisa belajar secara jarak jauh dengan berbantuan teknologi? Tentu tidak. Ada sebagaian pihak yang “belum siap”. Karena, alasan tidak adanya laptop, tidak adanya jaringan internet, atau tidak adanya kemampuan menggunakan dan memanfaatkan alat teknologi tersebut.

Ya, sangat beragam. Masing-masing individu manusia memiliki keragaman kondisi dalam menghadapi perubahan. Ada yang siap, sangat siap, tidak siap. Bahkan ada yang acuh tak acuh. Ya, itulah kondisi masyarakat riil yang ada di sekeliling kita.

Kembali ke “pesan” yang disampaikan Prof Wahid, Rektor UII di atas.

Mari, kita semua, semangat belajar. Ya, belajar apapun, yang diperlukan untuk menghadapi perubahan yang akan terjadi di masa depan. Masa depan memang penuh dengan ketidakpastian. Tapi, ketidakpastian tersebut akan bisa kita hadapi, jika kita telah menyiapkan modeal sejak dini. Modalnya ialah belajar. Menjadi pembelajar sejati adalah kunci untuk menghadapi ketidakpastian dalam perubahan tersebut.

Terima kasih Prof Wahid.

Semangat Belajar

Semangat Berubah.

Berubah menjadi lebih baik. [ahf]