SANTRINISASI INDONESIA

Oleh Abdul Halim Fathani

Fathani.com. – SALAH satu rangkaian agenda memperingati 1 Abad Nahdlatul Ulama’ (NU) adalah gelaran “Malam Anugerah Satu Abad NU. Kegiatan ini digelar di Teater Tanah Airku, Taman Indonesia Indah (TMII), Jakarta, pada Hari Selasa, tepatnya tanggal 31 Januari 2023.

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memberikan penghargaan Anugerah 1 Abad NU kepada individu dan lembaga atas kontribusinya terhadap NU, umat, dan bangsa. Terdapat tiga kategori penghargaan yang diberikan, yakni internasional, nasional, dan internal NU.

Untuk internal NU, penghargaan terbagi ke dalam tiga bagian, yakni (1) Pengabdi Sepanjang Hayat, (2) Pondok Pesantren Berusia Lebih 1 Abad, dan (3) Tokoh Pejuang NU.

Untuk bagian ketiga dari Tokoh Pejuang NU dibagi lagi menjadi (1) Penanda tangan Naskah Pendirian NU, (2) Rais ‘Aam PBNU sepanjang zaman, dan (3) Ketua Umum Tanfidziyah PBNU sepanjang zaman.

Dari sekian banyak penghargaan yang dianugerahkan tersebut, PBNU memberikan apresiasi dan penghargaan kepada seluruh Rais Aam. Siapa saja itu? Mulai dari Rais Akbar Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, KH Ali Maksum, KH Ahmad Shiddiq, KH Ali Yafie, KH Ilyas Ruhiat, KH MA Sahal Mahfudz, KH Ahmad Mustofa Bisri, KH Ma’ruf Amin.

Pesan “Penting” Kyai Ma’ruf Amin
Pada kesempatan tersebut, -salah satu- di antara yang menerima penghargaan dari PBNU adalah Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin yang pernah menjabat Rais Aam PBNU, dalam kurun 2015-2018.

Pada sambutannya, Kyai Ma’ruf Amin menyampaikan terima kasih atas penghargaan yang diberikan untuknya. “Terima kasih karena saya juga diberikan penghargaan sebagai mantan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Saya hanya rais am darurat,” demikian kata beliau.

Kyai Ma’ruf Amin menegaskan bahwa Tahun 2023 ini organisasi Islam terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama (NU), memasuki usia yang ke seratus tahun. Di usia yang seabad ini, NU diharapkan terus berkontribusi melakukan berbagai perbaikan, baik kepada bangsa dan negara (islahil wathan), dunia (islahil ‘alam), maupun perbaikan umat (islahil ummah).

“Islahil umat ini memperbaiki umat, masyarakat, ke arah yang lebih baik. Kalau bahasa saya memperbaiki umat itu santrinisasi umat. Jadi umat ini kita santrikan semua. Supaya berpikir santri dan juga berprilaku santri,”

Apa yang dimaksud santriniasi umat? Kyai Ma’ruf Amin menegaskan, bahwa yang dimaksud santrinisasi bukanlah Islamisasi. Karena, hal ini akan mengganggu kerukunan umat beragama di Indonesia. Namun, santrinisasi lebih kepada menjadi umat terbaik dengan mengamalkan kebaikan yang sesuai dengan prinsip-prinsip NU.

“Umat yang terbaik adalah umat yang mampu melakukan amal ma’ruf sesuai dengan cara-cara dakwah Nahdliyah. Dan juga membangun umat yang kuat, ummatan qawiyyan dan juga umat yang memiliki ketangguhan, resilience,” tegasnya. [ahf]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *