Oleh Abdul Halim Fathani
Fathani.com – Membincang perihal Gus Dur, menurut saya, sampai kapan pun di mana pun, tetap saja menarik. Mengapa? Mengenang Gus Dur, tentu kita akan mendapatkan ‘uswatun hasanah’, ilmu pengetahuan, dan banyak hikmah yang bisa kita petik dari seorang Gus Dur.
Bulan Desember merupakan Bulan Gus Dur. Sampai tahun 2022 ini, Gus Dur telah meninggalkan kita, selama 13 tahun yang lalu. Meskipun begitu, membincangkan dan mempelajari fenomena Gus Dur tetap merupakan suatu hal yang aktual.
Seperti halnya, ketika kita memaknai sosok seorang Gus Dur. Tentu terdapat beragam makna yang akan muncul. Tergantung pengalaman seseorang pada saat berinteraksi dengan sosok Gus Dur. Baik interaksi tersebut dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, sengaja maupun tidak sengaja. Baik pernah bertemu secara tatap muka maupun tatap mata. Atau melalui bahan bacaan Biografi Gus Dur. Varian pengalaman tersebut tentu akan melahirkan keberagaman makna terhadap sosok seorang Gus Dur.
Tidak hanya selama hidup di dunia, Begitu Gus Dur Wafat, juga tidak sedikit orang yang -tanpa diminta- menunjukkan kekaguman akan sosok seorang Gus Dur. Mereka seolah berlomba-lomba memberikan label pada diri Gus Dur sebagaimana yang mereka rasakan. Mereka ingin menunjukkan bahwa sosok Gus Dur telah memberikan kontribusi nyata pada kehidupan mereka. Gus Dur telah mewarnai dalam kehidupan manusia. Bahkan, tidak mengenal sekat agama.
Gus Dur telah terbukti tidak henti-hentinya untuk mengerahkan sekuat tenaga dan pikirannya dalam rangka memperjuangkan tegaknya nilai-nilai kemanusiaan universal dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Yang penting kita ketahui, perjuangan yang dilakukan Gus Dur ini dilakukan dengan setulus hati. Ikhlas.
Apa saja makna Gus Dur yang disematkan banyak orang kepada Beliau?
Di antaranya adalah:
- Ulama besar
- Guru Bangsa
-Wali kesepuluh - Bapak Pluralisme
- Ulama kontroversial
- Bapak Demokrasi
- Intelektual Muslim
- Budayawan
- Sang Pembela Minoritas
- Sang Pembebas
- Sosok Negarawan
- Sufi
- Zahid
- Penulis
- Kolomnis
- Dan masih banyak sebutan lainnya tentang Gus Dur
Benarkah atau layakkah Gus Dur menyandang dengan beragam sebutan tersebut? Terkait hal ini, menarik untuk merenungkan pendapat Marzuki Wahid dalam sebuah momen refleksi 100 tokoh atas Gus Dur, yang berlangsung di IAIN Cirebon
Marzuki Wahid menyampaikan bahwa: Gus Dur bukanlah guru bangsa, bukan seorang ulama, bukan bapak pluralisme, bukan seorang waliyullah, bukan seorang negarawan, dan bukan-bukan yang lainnya. Tetapi, Gus Dur adalah semuanya. Ya, sebutan semuanya sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
Inilah fakta, bahwa Gus Dur merupakan sosok yang lengkap. Sehingga setiap orang memiliki kekayaan untuk melihat sosok Gus Dur dari sudut pandangnya masing-masing, berdasarkan apa yang pernah dilihat, didengar, diingat, dirasakan, dibaca, dan pengalaman-pengalaman yang lainnya. Siapapun berhak mengatakan sosok Gus Dur. Gus Dur ya seorang Gus Dur itu sendiri. Gus Dur adalah Gus Dur. Al-Fatihah…. [ahf]