MENEGUHKAN ISLAM INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN

ABDUL HALIM FATHANI

INDONESIA, merupakan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia. Data Sensus Penduduk 2010 menunjukkan terdapat 87,18% atau 207 juta jiwa dari total 238 juta jiwa penduduk  adalah penganut ajaran Islam. Meskipun Islam menjadi mayoritas, tetapi Indonesia, bukan Negara yang berasaskan Islam. Indonesia memiliki dasar dan ideologi Pancasila. Islam di Indonesia merupakan representasi Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Praktik ber-Islam di Indonesia tentu memiliki keunikan (baca: kekhasan) tersendiri. Ada Islam Nusantara, Islam Berkemajuan. Dilihat dari organisasi kemasyarakatan, ada Nahdlatul Ulama (NU), ada Muhammadiyah, dan lainnya. Dilihat dari model pendidikannya, ada pendidikan Islam non-formal, ada pendidikan Islam yang formal. Untuk pendidikan non formal, di antaranya adalah pesantren, baik pesantren salaf maupun modern.

Adapun untuk sistem pendidikan formal, biasa dikenal dengan istilah madrasah. Sistem madrasah ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu pertama, madrasah yang khusus memberi pendidikan dan pengajaran agama yang dikenal dengan madrasah diniyah. Sementara kedua, madrasah yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama yang juga memberi pelajaran umum. Ada  Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madarasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA).

Untuk pendidikan tinggi, kita mengenal ada perguruan tinggi keagamaan Islam (PTKI). Ada yang berada di bawah garis komando pemerintah (baca: Kementerian Agama), ada juga yang diselenggarakan masyarakat. Di samping itu, ada juga pesantren tinggi atau yang biasa disebut ma’had aly. Mahad Aly adalah perguruan tinggi keagamaan Islam yang menyelenggarakan pendidikan akademik dalam bidang penguasaan ilmu agama Islam (tafaqquh fiddin) berbasis kitab kuning yang diselenggarakan oleh pondok pesantren. Secara kelembagaan, posisi Mahad Aly adalah jenjang Pendidikan Tinggi Keagamaan pada jalur Pendidikan Diniyah Formal.

Bagaimana peran PTKI? PTKI haruslah mampu melahirkan sosok ulul albab, sosok cendekiawan muslim yang memiliki kedalaman spiritual (dzikir), kematangan berpikir (fikir), kreativitas yang positif (amal shaleh).

Universitas Islam sebagai Rahmatan lil ‘Alamin

Profil Ulul albab –salah satunya- mengilhami sekaligus menginspirasi perubahan (peningkatan) status perguruan tinggi keagamaan Islam (PTKI), yang awalnya IAIN atau STAIN, akhirnya menjadi UIN (Universitas Islam Negeri). Misi utama perubahan status menjadi Universitas adalah menyelenggarakan pendidikan yang mengintegrasikan ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum.

Maka, lahirlah konsep integrasi ilmu, di antaranya Pohon Ilmu (UIN Malang), Roda Keilmuan (UIN Sunan Gunung Djati), Jaring laba-laba (UIN Sunan Kalijaga), Menara kembar (UIN Surabaya), dan lainnya. Dengan lahirnya UIN, maka PTKI yang dulu “tenggelam”, sekarang bisa sejajar –bahkan- menyalip beberapa perguruan tinggi umum (PTU), seperti ITB, UGM, UB, UNAIR, dan sejenisnya.

Di kalangan PTKIS, juga demikian, semakin menampakkan keunggulan berbasis keunikannya. Kalau di Malang, ada Universitas Islam Malang (UNISMA), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Di Yogyakarta, ada Universitas Islam Indonesia (UII). Perguruan tinggi Islam swasta tersebut dengan gagah-nya berani menunjukkan identitas dirinya sebagai kampus islam yang unggul, layak untuk diperhatikan. Unisma dengan ke-NU-annya, UMM dengan ke-Muhammadiyah-annya. Sebagaimana yang tercermin dalam jargon yang dimiliki masing-masing.

Untuk Unisma, jargonnya “Unisma: Dari NU untuk Indonesia dan Peradaban Dunia. Sementara UMM, jargonnya adalah “UMM: dari Muhammadiyah untuk Bangsa”. Singkat kata, kampus Islam swasta tersebut ingin berbuat dengan sepenuh hati untuk Indonesia. Baik PTKIN (UIN/IAIN/STAIN) maupun PTKIS, sama-sama ingin menunjukkan bahwa kampus Islam juga layak diperhitungkan, sebagai gambaran Islam Indonesia, Islam rahmatan lil ‘aalamin.

 

Bahagia Menjadi Muslim Indonesia

Di akhir tulisan ini, penulis –sekali lagi- ingin mengungkapkan rasa syukur dan bahagianya, karena telah mendapatkan ruang “kreativitas” untuk menjalankan sebagai seorang Muslim Indonesia. Seorang muslim yang dapat mengamalkan ajaran Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin. Melalui perguruan tinggi Islam –baik PTKIN maupun PTKIS- harus mampu menunjukkan dirinya bahwa Islam di Indonesia benar-benar dapat menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Jika sudah demikian, tinggal bagaimana potret Islam Indonesia tersebut dapat dipromosikan (didiseminasikan) kepada dunia internasional. Islam Indonesia adalah Islam yang ramah, bukan Islam marah. Islam Indonesia tidak cukup hanya puas dipraktikkan oleh kalangan muslim Indonesia sendiri. Tetapi, Islam Indonesia harus mampu mewarnai Islam dunia, di Negara lain. Inilah tugas mulia yang diemban UIII. Insyaallah mulia. Semoga. [ahf]

 

Sumber: Duta Masyarakat, 05 Desember 2018