Abdul Halim Fathani
SAAT ini, sudah tidak ada lagi alasan untuk tidak mengenyam pendidikan di sekolah. Hampir di setiap kota, telah berdiri lembaga pendidikan, baik tingkat usia dini, dasar, menengah, maupun perguruan tinggi. Baik yang full day school atau half day school. Baik yang mahal, murah, atau yang gratis. Banyak sekali kita jumpai di sekeliling tempat tinggal kita.
Masing-masing lembaga pendidikan tersebut berlomba-lomba untuk memberikan “fasilitas” yang terbaik, berupaya memberikan “menu” yang cocok, yang bisa memenuhi selera stakeholder. Nah, dalam tulisan ini, penulis tidak akan membincang tentang teori seputar itu. Tapi, penulis ingin menyuguhkan ‘potret’ menu Pendidikan yang ditawarkan sebuah lembaga pendidikan di Surabaya, SMA Ta’miriyah. “Potret” ini, disarikan dari liputan dalam Majalah AULA, Edisi Maret 2017.
SMA Ta’miriyah Surabaya ini berdiri tahun 1976, yang diprakarsai almaghfurlah KH. Abdul Manap Murtadho. Sekolah yang berlokasi di Jalan Indrapura No. 2 Surabaya ini ingin menjawab kebutuhan para orang tua yang sangat rindu dengan sekolah berbasis agama Islam. Profil lulusan yang ingin dihasilkan, ialah Generasi Rabbani.
SMA Ta’miriyah bertekad mendedikasikan dirinya sebagai salah satu sekolah Islam yang berkualitas hingga mampu menghasilkan lulusan berkualitas dengan berbekal iman dan takwa. Berikut akan diuraikan beberapa aktivitas yang telah ditradisikan oleh SMA Ta’miriyah demi mencetak generasi Rabbani, di antaranya:
– Nuansa keislaman sangat kental, yang dibuktikan dengan pendalaman pengetahuan tentang iman, Islam, dan Ihsan.
– Penanaman rasa cinta kepada Allah dan rasul-Nya yang dicerminkan lewat perilaku dan budaya islami. Hal ini tampak dalam pembiasaan beribadah, berinfaq, bersalaman, bertutur kata yang sopan. Di samping juga bentuk lain, seperti disiplin, kreatif, mandiri, dan membiasakan hidup sehat dan bersih.
– Program dzikir dan doa bersama yang dilakukan di awal sebelum pelajaran berlangsung.
– Sholat Dhuha berjamaah yang dilakukan di Masjid Agung Kemayoran.
– Sholat Dhuhur berjamaah, matrikulasi mengaji al-Qur’an, pondok Ramadhan, istighotsah, dan pengajian kelas dari rumah ke rumah siswa, hafalan Qur’an juz 30.
– Gerakan sedekah minimal seratus rupiah yang diadakan setiap hari.
– Menggunakan kurikulum nasional berdasarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan secara utuh, yang ditambah muatan lokal berkonten Islam. Karenanya, ada pelajaran membaca Al-Qur’an dengan bobot empat jam pelajaran per pekan.
– Selain itu, ada pelajaran bahasa Arab, akidah akhlak, fikih, dan sejarah kebudayaan Islam yang masing-masing dua jam setiap pekan.
– Ada pengayaan program percakapan bahasa Inggris.
Itulah beberapa praktik baik, yang dilakukan oleh SMA Ta’miriyah Surabaya. Hal itu semua, dimaksudkan sebagai ikhtiar untuk melahirkan generasi Rabbani. Ulasan di atas, kiranya dapat menjadi “tambahan” referensi bagi sekolah-sekolah yang mempunyai visi -hampir- sama. Anggap saja, tulisan ini seperti -seolah olah, seperti baru saja melakukan studi banding ke SMA Ta’miriyah Surabaya.
Yang, jelas semua komponen yang ada dalam lembaga pendidikan harus melakukan satu tekad dan memiliki visi yang tajam untuk membangun generasi unggul. Masing-masing lembaga pendidikan seyogianya segera melakukan instrospeksi diri, dan terus berupaya mengejar ketertinggalannya. Harapannya, lembaga pendidikan yang ini, benar-benar bisa lembaga pendidikan yang dibanggakan. Dan, memang bisa dijadikan sebagai produk kebanggaan umat. [ahf]