Abdul Halim Fathani
SETIAP individu –siapa pun orangnya– tentu ingin sukses. Ukuran kesuksesan seseorang tentu berlainan antara satu individu dengan individu lainnya. Sebagian menganggap bahwa indikator sukses adalah diterima sebagai PNS – Pegawai Negeri Sipil. Ada yang berpendapat bahwa sukses adalah seseorang yang bermental entrepreneur sesuai dengan bidang keahliannya. Sementara, ada juga yang mengatakan bahwa orang sukses adalah orang yang berilmu tinggi, salah satu tandanya menyelesaikan pendidikan hingga program doktoral.
Bagi yang mengukur kesuksesan dengan standar gelar akademis, tentu ia akan mengejar pelbagai cara agar dapat meraihnya. Bagi yang senang akan ilmu, tentu akan tekun belajar di perguruan tinggi, mulai S1, S2, S3, hingga mengejar jabatan guru besar (profesor) dengan jalan yang benar, “lurus”. Namun, bagi yang tidak suka ilmu, tapi “agar” dipandang sebagai (baca: seolah-olah) orang sukses, maka biasanya akan melakukan sembarang cara agar dapat meraih gelar tersebut. Bisa jadi, caranya adalah mencari perguruan tinggi yang menyediakan layanan “plus”, ialah kuliah singkat, ijazah didapat.
Berpijak variasi indikator sukses di atas, mana yang lebih tepat? Jawabannya tergantung sudut pandangnya. Sadar atau tidak sadar, setiap orang tentu berkeinginan agar kehidupannya berarti, bermakna, atau bernilai. [ahf]