Abdul Halim Fathani
DEWASA ini, tidak sedikit di antara kita yang “bingung” untuk bisa menyandang status guru. Lulusan perguruan tinggi, terutama sarjana pendidikan, ketika telah melalui prosesi yudisium dan wisuda, maka pikiran berikutnya adalah “saya melamar guru di sekolah mana ya?” Ada sebagian lulusan yang kembali “pulang” ke rumah, karena sudah ditunggu orang tua dan keluarganya untuk bisa mengajar di lembaga pendidikan yang dikelola oleh keluarganya.
Bagi lulusan yang sudah punya lahan mengajar, tidak menjadi masalah. Tetapi, bagi yang belum punya jaringan tempat mengajar, pasti bingung. Ia harus riwa-riwi membawa lamaran pekerjaannya sambil dilampiri fotokopi ijazah & transkrip yang dilegalisir, tetap belum tentu mendapatkan jawaban pasti untuk bisa menjadi guru.
Bagi lulusan perguruan tinggi yang ketika lulus masih bingung, ada baiknya belajar dan berguru kepada Bapak Abdul Jalil, selanjutnya disebut AJ, seorang petani yang terpanggil abdikan diri majukan dunia pendidikan. Berikut saya sarikan perjuangan beliau, sebagaimana yang dimuat Radar Kanjuruhan (Radar Malang), 12 Februari 2017, halaman 27.
1. AJ, awalnya seorang petani yang memiliki keinginan kuat untuk mendidik anak-anak di kampungnya.
2. Keinginan kuat AJ, berkat dorongan keras dari hati dan wasiat orang tua. Sebelum meninggal, ayahnya sangat ingin membangun sekolah yang tidak sama dengan lainnya.
2. AJ tidak punya banyak modal, namun tanpa pikir panjang, AJ memulai proyek pembangunan sekolah.
3. Satu minggu sebelum pembangunan dimulai, tepatnya 14 Juli 2014, AJ mengaku tidak bisa tidur nyenyak. Sebab AJ tidak punya pengalaman menjadi seorang pengajar.
4. Biidznillah, akhirnya sekolah bisa berdiri tegak. Lahan AJ yang digunakan 450 meter persegi, ditambah batu-bata dan pohon nyiur (kelapa), ada sumbangan dana dari warga terkumpul sebanyak 2 juta rupiah, AJ dan para relawan bahu membahu menjadi kuli dengan “bayaran” suguhan makanan dan minuman seadanya.
5. Setelah setengah jadi, salah seorang dosen Universitas Negeri Malang (UM,) Prof. Wahyudi Siswanto, yang termasuk relawan, langsung meminta AJ menjadi kepala sekolah.
6. Nama sekolahnya: RA alam Al-Ikhlas. Ketika pertama dibuka, ada 12 murid yang terdaftar. Pengajarnya: AJ dan istrinya.
7. Pada tahun kedua, ada 50 siswa yang belajar. Waktu belajarnya pagi dan sore. Kalau pagi belajar di RA, Kalau sore mengaji.
8. Saat ini, ditunjuk Dinas Pendidikan Kabupaten Malang mewakili 6 kecamatan dalam rangka Green and Clean.
9. Aktif mendatangkan ahli pendidikan parenting setiap semester sekali.
Itulah beberapa hal terkait dengan perjalanan AJ sejak memulai berdirinya lembaga pendidikan hingga prestasinya saat ini. Luar biasa semangat nya. Bermula dari kegigihan seorang petani yang memiliki keinginan untuk bisa menjadi guru, akhirnya biidznillah, semua cita-citanya dapat diwujudkan dengan mudah dan lancar. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah AJ. Tidak sedikit hikmah yang dapat kita jadikan sumber inspirasi dalam kehidupan kita. Semoga kita senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah. Aminm. [ahf]