INILAH, MATEMATIKA TERAKHIRKU

Abdul Halim Fathani

MATEMATIKA, merupakan salah satu ilmu yang “sangat” akrab bagi setiap orang, termasuk masyarakat Indonesia. Siapa pun orangnya, ketika belajar di lembaga pendidikan formal, pasti merasakan belajar matematika. Ketika masuk PAUD-TK, guru kita mengajari tiga pelajaran pokok, yakni Calistung (membaCA, menuLIS, berhiTUNG). Berhitung merupakan salah satu keterampilan dalam matematika.

Lalu, ketika masuk sekolah tingkat dasar (SD/MI) tertulis secara jelas, ada matapelajaran Matematika. Jam pelajarannya pun tergolong banyak dibanding matapelajaran lainnya. Begitu juga ketika memasuki sekolah menengah, baik tingkat SLTP maupun SLTA, lagi-lagi bertemu lagi matapelajaran matematika. Bahkan, matematika (di samping juga matapelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris), masih tetap menjadi mataujia wajib (pokok) ujian nasional (UN). Setidaknya sampai tahun ini (2017).

Namun, hasil dari wawancara informal yang penulis lakukan, ternyata tidak semua masyarakat Indonesia, yang pernah mengenyam bangku sekolah itu memiliki kesan yang baik terhadap matapelajaran Matematika. Padahal, sejak PAUD, SD, hingga sekolah menengah, selalu mempelajari matematika. Saking alerginya terhadap matematika, bahkan ada yang tidak mau lagi ketemu matematika. Mereka seolah-olah sepakat menyatakan “ujian nasional adalah hari terakhir saya ketemu matematika”.

Mengapa hal ini terjadi? Mestinya ketika sejak usia dini sudah kenal dengan matematika, tambah lama seharusnya tambah akrab, semakin kenal, dan semakin menyenangi matematika. Adakah yang salah dengan sistem pendidikan dan pembelajaran matematika selama ini? Lha, ini tugas guru untuk melakukan refleksi. Mari, kita –para guru- untuk melakukan instropeksi diri. Mari, membangun semangat dan kesadaran kepada semua siswa, agar dapat mempelajari matematika dengan penuh kebahagiaan, keceriaan. Jangan sampai mereka sepakat menyatakan kembali “ujian nasional adalah hari terakhir saya ketemu matematika”.

Sebaliknya, kita harus mendorong, agar mereka semuanya sepakat mengatakan “Saya senang belajar matematika”, “Saya senang ujian matematika”. Inilah tantangan bagi kita semua, para guru matematika. [ahf-05012017, Karangploso-Malang].

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *