Siswa Meningkat, Buku Ajar (masih) Langka

Oleh A Halim Fathani Yahya

Akhir-akhir ini “isu” yang digulirkan oleh pemerintah pusat maupun daerah, dalam hal ini departemen pendidikan nasional bisa tergolong sukses. Isu yang dimaksud adalah berupaya untuk memberikan prioritas lebih terhadap pelaksanaan pendidikan berbasis kejuruan. Terkait hal ini, nampaknya masyarakat juga memberikan respon positif untuk mendukung kebijakan pemerintah ini. Masyarakat telah memiliki pola pikir yang bagus terkait pemilihan pendidikan dalam rangka mempersiapkan anak-anaknya untuk mengarungi kehidupan di masa mendatang.

Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan keterampilan, mereka harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki kemampuan mengembangkan diri. (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006).

Jumlah siswa meningkat
Sekolah menengah kejuruan (SMK) –saat ini- menjadi sekolah yang banyak diminati dibandingkan dengan sekolah menengah atas (SMA). Hal ini disebabkan, masyarakat telah melihat banyaknya fakta di lapangan terkait pengangguran terdidik yang mungkin disebabkan minimnya keterampilan bagi lulusan SMA.Tingginya animo masyarakat terhadap pendidikan kejuruan ini ditunjukkan dengan naiknya pendaftar setiap tahun. Pada tahun 2008, perbandingan antara pendaftar SMK dan pendaftar SMA di Jawa Timur adalah 48 persen dibanding 52 persen, tetapi sekarang pada tahun 2009 sudah berubah dengan komposisi 55 persen berbanding 45 persen. Pada tahun 2012 ditargetkan jumlah pendaftar SMK mencapai 60 persen (Kompas, 13/07/09).

Berikut dipaparkan data yang menunjukkan pertumbuhan persentase perbandingan siswa SMA dan SMK di Jatim:
a) tahun pelajaran 2002/2003, jumlah murid SMA = 423.888 (54%), murid SMK = 361.771 (46%);
b) tahun pelajaran 2003/2004, jumlah murid SMA = 427.531 (50,6%), murid SMK = 416.634 (49,4%);
c) tahun pelajaran 2004/2005, jumlah murid SMA = 439.121 (51%), murid SMK = 421.299 (49%);
d) tahun pelajaran 2005/2006, jumlah murid SMA = 440.808 (50,9%), murid SMK = 424.939 (49,1%);
e) tahun pelajaran 2006/2007, jumlah murid SMA = 500.197 (52%), murid SMK = 462.378 (48%); dan
f) tahun pelajaran 2007/2008, jumlah murid SMA = 508.256(49,1%), murid SMK = 526.460 (50,9%). (Kompas, 14/07/09).

Dengan beralihnya pandangan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah menengah kejuruan (SMK) diharapkan ketika lulus mereka telah mendapatkan bekal keterampilan sebagai modal awal untuk memasuki dunia kerja. Namun, apakah harapan masyarakat yang tinggi itu dibarengi dengan “pelayanan” yang baik di sekolah kejuruan? Ternyata, pelayanan yang diberikan pemerintah atau pihak sekolah belum maksimal, di antaranya terkait dengan buku ajar yang masih langka.

Minim buku ajar
Mata pelajaran Kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran yang bertujuan untuk menunjang pembentukan kompetensi kejuruan dan pengembangan kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya. Adalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah kejuruan. Mata pelajaran ini memiliki tujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam spektrum manusia kerja. Berdasarkan pada peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, sesuai dengan jenis-jenis kelompok keahlian pada SMK, maka kurikulum matematika yang diajarkan pun menyesuaikan dengan kelompok keahliannya. Yaitu, 1) ada materi matematika kelompok seni, pariwisata, dan teknologi kerumahtanggaan; 2) matematika kelompok sosial, administrasi, perkantoran dan akuntansi; 3) matematika kelompok teknologi, kesehatan, dan pertanian.

Kita tahu bahwa buku ajar merupakan kebutuhan utama setelah guru, dalam proses pembelajaran. Salah satu penunjang keberhasilan proses pembelajaran adalah, masing-masing individu siswa memiliki buku pelajaran yang dijadikan sebagai rujukan. Dengan memiliki buku ajar matematika sesuai dengan kelompoknya (sebagimana di atas), maka siswa dapat “belajar lagi” di rumah atau di luar sekolah. Namun, sampai saat ini penulis belum berhasil menemukan buku-buku ajar matematika yang sesuai dengan kelompok keahliannya.

Ketika, saya pergi ke toko buku, baik toga mas, gramedia, maupun toko buku lain, saya belum berhasil menemukan buku yang merupakan buku ajar matematika SMK, seperti buku Matematika Ekonomi, Matematika Bisnis, Matematika Teknik, Matematika Pariwisata, Matematika Kesehatan, Matematika Pertanian, dan sebagainya. Buku-buku matematika yang memang sengaja dijadikan sebagai bahan ajar di sekolah menengah kejuruan masih langkah ditemukan di pasaran. Buku yang sering saya lihat adalah buku-buku matematika yang digunakan SMA/MA, baik program IPA, IPS, maupun Bahasa yang tentunya-sedikit banyak- terdapat materi yang tidak sama. Bisa dimaklumi, mengapa buku-buku sekolah menengah atas (SMA) sudah banyak beredar di pasaran? Adalah disebabkan selama ini –dalam kurun waktu yang panjang- memang masyarakat telah menganggap pendidikan di SMA adalah segalanya.

Seiring dengan komitmen pemerintah untuk mengembangkan sekolah kejuruan, maka sudah saatnya pemerintah juga memberikan perhatian serius terhadap penulisan dan/atau penerbitan buku matematika kejuruan. Diharapkan, dengan adanya sarana buku ajar matematika kejuruan yang bisa “diakses” secara luas tersebut, maka sumber daya manusia dapat memberikan sumbangan yang besar untuk membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat.

Insyaallah, jika peningkatan jumlah siswa yang belajar di sekolah menengah kejuruan ini dibarengi dengan peningkatan dan perbaikan pelayanan, di antaranya menyediakan buku ajar yang memadahi, tentu keberhasilan proses pembelajaran akan mudah diraih. Memang penulis dalam tulisan ini “hanya” menengok buku matematika, namun tidak menutup kemungkinan pelajaran-pelajaran yang lain. Semoga dengan adanya peningkatan siswa SMK yang dibarengi dengan peningkatan pelaksanaan proses pembelajaran di SMK, diharapkan Indonesia akan memiliki tenaga terampil sesuai bidang keahliannya masing-masing.[ahf]

One thought on “Siswa Meningkat, Buku Ajar (masih) Langka

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *