Analisis Matematis Pohon Keilmuan UIN Maliki Malang

Oleh A Halim Fathani Yahya

Konsep ilmu menurut al-Ghazali adalah kerangka landasan yang dapat dijadikan rambatan menuju tercapainya Islamisasi pengetahuan. Al-Ghazali telah membuat suatu rentangan antara ilmu agama dan ilmu umum dengan jalan menekankan manfaat menuntut ilmu bagi penuntut ilmu. Hakikat keilmuan versi al-Ghazali ini secara psikologi dapat mengubah sikap mental umat Islam yang dikotomik menjadi monokotomik, sebab umat Islam telah lama terkungkung oleh pengaruh peradaban Barat yang meniupkan adanya pemisahan intelektual, antara ilmu agama dan ilmu umum sebagai dua disiplin yang tidak dapat ditemukan. Dalam perspektif Barat, ilmu pengetahuan itu bersifat objektif ilmiah, sedangkan ilmu agama bersifat subjek dogmatik yang mengakibatkan agama dan ilmu pengetahuan berjalan sendiri-sendiri. Paham ini menyebabkan kepribadian Muslim terpecah, tetapi dengan penalaran al-Ghazali tentang hakikat ilmu, mental, dan kepribadian seorang Muslim dalam arti pemikirannya akan kembali utuh.

Menelisik Pohon Keilmuan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Konsep al-Ghazali yang membuat bangunan keilmuan berdasarkan asas manfaat (hukum mencarinya menjadi fardhu ain dan fardhu kifayah) digunakan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang untuk memberikan arah (pedoman) bagi siapa saja yang menyelesaikan program studi pada jenjang tertentu. Sebagaimana yang dipaparkan Imam Suprayogo (2005: 35), dalam perspektif kurikulum, –bangunan ilmu yang bersifat integratif– digunakan metafora sebuah pohon yang tumbuh subur, lebat, dan rindang. Masing-masing bagian pohon dan tanah di mana sebatang pohon itu tumbuh digunakan untuk menerangkan keseluruhan jenis ilmu pengetahuan yang harus dikaji oleh seseorang agar dapat menyelesaikan studinya. Akar yang kuat dapat menjadikan batang sebuah pohon berdiri tegak dan kokoh. Pohon itu juga akan menumbuhkan dahan, ranting, daun, dan buah yang sehat dan segar. Bagian-bagian itu digunakan sebagai alat untuk menjelaskan posisi masing-masing jenis bidang studi atau matakuliah yang harus ditempuh oleh seseorang agar dianggap telah menyelesaikan seluruh program studinya tersebut.

Pohon yang tumbuh kokoh itu digunakan untuk menjelaskan sebuah bangunan akademik. Serangkaian ilmu yang harus dikaji digambarkan dalam bentuk pohon itu. Sebatang pohon, apapun ukurannya, harus tumbuh di atas tanah yang subur. Jika bangunan akademik atau ilmu digambarkan melalui metafora sebatang pohon, maka tanah di mana pohon itu tumbuh digunakan sebagai tamsil kulturalnya, yang harus juga dirawat dan dipersubur secara terus menerus. Pohon tidak akan mungkin tumbuh jika tidak berada pada tanah yang hidup. Oleh karena itu tanah menjadi syarat utama yang harus dipenuhi tatkala diharapkan pohon tersebut tumbuh dengan rindangnya. Oleh karena itu, keduanya tanah dan pohon menjadikan sama-sama pentingnya. Dalam pandangan ini, ilmu digali dan dikembangkan bukan tanpa tujuan. Ilmu dicari dan dikembangkan adalah untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia. Makna dari metafora struktur keilmuan yang dikembangkan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang berupa pohon yang kokoh dan rindang ini, lebih lengkap dan jelasnya dapat dilihat dalam buku karya Imam Suprayogo berjudul “Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif UIN Maulana Malik Ibrahim Malang” yang diterbitkan UIN-Malang Press, unit penerbitan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Integrasi Ilmu dalam Tinjauan Logika Fuzzy
Dengan memperhatikan konsep ilmu yang digagas al-Ghazali dan struktur keilmuan yang dikembangkan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, maka dalam tulisan ini penulis mengkaji secara matematis dengan pendekatan logika fuzzy. Hakikatnya, ilmu menurut al-Ghazali adalah satu (monokotomik) yakni ilmu itu semata-mata milik Allah swt, sedangkan manusia diberi hak untuk mencari dan mengembangkannya. Al-Ghazali tidak membedakan antara ilmu umum dan ilmu agama, ilmu duniawi dan ukhrawi, tetapi ilmu hanya satu yang bersumber pada al-Qur’an dan al-hadits. Sedangkan macam-macam klasifikasi ilmu seperti yang diuraikan di atas merupakan buah pengembangan dari ilmu yang “satu” tersebut.

Objek kajian dalam tulisan ini lebih ditekankan dalam hal integrasi ilmu (baca: kekaburan ilmu) sebagaimana yang terkandung dalam “mimpi” UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang ingin menjadikan lulusannya menjadi “ulama yang intelek profesional dan/atau intelek ulama yang profesional”. Berpijak pada rumusan tersebut, pada hakikatnya lulusan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang akan menyandang gelar ganda (secara informal). Misalnya: lulusan jurusan Teknik Informatika akan memperoleh gelar S.Kom (Sarjana Komputer) tetapi juga memiliki kemampuan di bidang bahasa Arab dan didukung dengan kemampuan ilmu-ilmu “keislamannya”. Karena, selama studi mahasiswa tersebut telah menempuh matakuliah-matakuliah penunjang lainnya. Sehingga dalam praktiknya di lapangan, kegiatan (tentunya sesuai dengan bidang informatika) yang dikembangkan selalu berlandaskan al-Qur’an dan al-hadits serta nilai-nilai keislaman yang telah ditanamkan selama kuliah.

Gelar yang disandang lulusan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sebenarnya hanya menggambarkan bidang ilmu yang diprioritaskan -yang memiliki muatan lebih banyak- yang menurut al-Ghazali adalah ilmu yang hukumnya fardhu kifayah untuk mencarinya, sedangkan ilmu-ilmu yang tergolong fardhu ain tidak dibuktikan secara formal dengan gelar kesarjanaan. Sehingga bisa saja lulusan matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang suatu saat akan mampu mengajar bahasa Arab, lulusan ekonomi akan menjadi ahli tentang filsafat Islam, lulusan kimia akan menjadi konsultan tentang hukum halal-haram mengenai makanan dan minuman, lulusan syariah akan menjadi pakar teknologi informasi, lulusan jurusan bahasa Arab akan mahir sekaligus dengan bahasa Inggris maupun Indonesia, dan seterusnya. Bisa saja terjadi!

Untuk memperjelas pemahaman tentang analisis matematis (baca: logika fuzzy) terhadap konsep integrasi ilmu tersebut, berikut akan diberikan satu contoh (kasus) untuk mengkaji struktur keilmuan yang dikembangkan oleh jurusan matematika. Adapun langkah-langkah untuk melakukan analisis adalah sebagai berikut:
1. Membuat fungsi keanggotaan terlebih dahulu.
Program S-1 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, termasuk jurusan matematika beban satuan kredit semester (sks) yang wajib diambil setiap mahasiswa adalah 160 sks yang terdiri atas 150 sks matakuliah wajib dan 10 sks matakuliah pilihan, sehingga diperoleh rumus fungsi keanggotaan dengan representasi linear naik seperti berikut:

x<1 bernilai nol maksudnya adalah mahasiswa yang belum pernah menempuh sks sama sekali (meskipun 1 sks) sehingga nilai keanggotaannya sama dengan nol (dikatakan belum pernah mengambil matakuliah); x=160 bernilai 1, maksudnya adalah mahasiswa tersebut sudah cukup syarat untuk dikatakan lulus studi S-1 di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang (matakuliah yang diwajibkan untuk program S-1 sudah ditempuh semua), sedangkan 1≤x≤160 bernilai antara 0 sampai 1, maksudnya adalah mahasiswa yang masih dalam proses perkuliahan. Untuk lebih jelasnya lihat teorinya dalam Sri Kusumadewi dan Hari Purnomo. Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan. (Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2004).

2. Memasukkan variabel [x] ke dalam fungsi keangggotaan. Sehingga diperoleh nilai atau derajat keanggotaan sebagai berikut:

No. Kelompok Matakuliah Jumlah sks [x]

1 Kompetensi Dasar 11 0,0628931
2 Bahasa Inggris 6 0,0314465
3 Bahasa Arab 18 0,1069182
4 Keislaman 23 0,1383648
5 Sains Dasar 10 0,0566038
6 Keahlian 82 0,572327
7 Pendukung 10 0,0566038
Jumlah 160 0,9685534
(Data ini diolah berdasarkan kurikulum yang berlaku pada Angkatan 2002 Jurusan Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)

Melihat nilai keanggotaan setiap kelompok matakuliah tersebut yang mengacu pada konsep ilmu al-Ghazali, maka dapat diketahui bahwa konsep ilmu yang dikembangkan di jurusan matematika (dengan tidak menafikan jurusan yang lain) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang merupakan konsep ilmu yang terintegrasi, tidak membedakan antara ilmu “agama” dan ilmu “non agama”. Nilai keanggotaan untuk bahasa Arab, bahasa Inggris, dan matakuliah kompetensi dasar, serta ilmu-ilmu keislaman berturut-turut adalah 0,1069182; 0,0314465; 0,0628931; dan 0,1383648. Nilai fungsi keanggotaan pada kelompok matakuliah (sebagaimana yang dimaksud) di jurusan matematika ini memiliki nilai (derajat) yang sama (baca: hampir sama) dengan nilai pada jurusan yang lain.

Hal ini disebabkan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menempatkan kelompok ilmu tersebut sebagai akar dan batang yang digunakan untuk menyangga tegak dan kokohnya keilmuan yang akan ditekuni di jurusan masing-masing. Atau kalau mengikuti konsep al-Ghazali, kelompok ilmu tersebut adalah kelompok ilmu yang hukumnya fardhu ain sehingga tidak membedakan apapun jurusannya, setiap mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang wajib untuk menempuhnya, dan kemampuan mahasiswa di bidang ilmu ini tidak dibuktikan dengan gelar kesarjanaan secara formal, karena memang ilmu ini digunakan sebagai pondasi dan pijakan dalam mengembangkan disiplin keilmuannya masing-masing.

Sedangkan mempelajari bidang sains dasar dapat dipandang dalam dua perspektif, yakni fardhu ain dan fardhu kifayah. Dikatakan fardhu ain jika dibandingkan dengan jurusan lain, tetapi masih dalam naungan satu Fakultas Sains dan Teknologi. Mahasiswa Jurusan Biologi, Fisika, Kima memiliki hukum fardhu ain untuk mempelajari ilmu tersebut dan memiliki nilai keanggotaan yang sama (baca: hampir sama) dengan jurusan matematika, yakni 0,0566038. Tetapi, dikatakan fardhu kifayah jika kita membandingkan dengan fakultas yang lain. Misalnya di jurusan matematika, sains dasar memiliki nilai keanggotaan sebesar 0,0566038 sedangkan di fakultas Non-Saintek bisa saja memiliki nilai keanggotaan lebih kecil dari 0,0566038 atau bahkan bernilai 0.

Lain halnya dengan kemampuan keahlian matematika, karena mahasiswa itu studi di jurusan matematika, maka untuk mempelajari matakuliah-matakuliah yang mendukung terhadap keilmuan matematika berhukum fardhu ain dan memiliki nilai keanggotaan 0,572327. Nilai ini tentunya lebih besar dibanding dengan nilai pada kelompok matakuliah lainnya. Sesuai dengan konsep keilmuan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang dipaparkan di atas, kelompok ilmu ini digambarkan sebagai dahan dan ranting yang sangat lebat. Bisa saja dahan dan ranting antara satu pohon dengan pohon lainnya tidak sama. Sedangkan kegunaan matakuliah matematika pendukung, hanyalah melengkapi terhadap ilmu matematika itu sendiri yang memiliki nilai keanggotaan sebesar 0,0566038. Kelompok matakuliah ini merupakan pengembangan dari ilmu matematika sesuai dengan perubahan zaman dan kebutuhan umat manusia. Terkait dengan gelar kesarjanaanya, lulusan jurusan matematika di berikan gelar S.Si (Sarjana Sains di bidang Ilmu matematika).

Dengan melihat penjelasan singkat di atas, ternyata konsep ilmu yang dibangun di jurusan matematika khususnya, dan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada umumnya sudah sesuai dengan konsep integrasi ilmu yang digagas al-Ghazali yakni menggunakan al-Qur’an dan al-hadits sebagai pijakan utama, sebagai sumber inspirasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan menggunakan bekal kemampuan di bidang matematika dan ilmu keislamannnya, lulusan jurusan matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang diharapkan dapat melakukan berbagai kajian dan penelitian dengan objek al-Qur’an atau ajaran Islam secara umum dalam tinjauan matematis, dapat mengintegrasikan antara logika matematika dengan logika agama (al-Quran). Jika dilihat dari jumlah derajat keanggotaannya, yakni jumlah sksnya = 160, maka derajat keanggotaannya adalah 0,9685534 (dibulatkan = 1). Hal ini merupakan bunga dan buah yang merupakan hasil dan manfaat dari konsep penerapan bangunan kurikulum yang dikembangkan di jurusan matematika. Walhasil “mimpi” UIN Maulana Malik Ibrahim Malang untuk mencetak Intelek (baca: matematikawan) profesional yang ulama dapat terwujud. Begitu juga dengan disiplin keilmuan lain yang dikembangkan di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Semoga! [ahf]

One thought on “Analisis Matematis Pohon Keilmuan UIN Maliki Malang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *